27 April 2009

Latimeria Manadoensis (Coelacanth)


Coelacanth di Sulawesi yang dilihat pertama kali oleh Mark V. Erdmann dari University of California di Berkeley, AS dan istrinya Arnaz Mehta pada 1997 dalam keadaan mati dan dijual pada sebuah pasar tradisional di Manado, Sulawesi Utara..

Baru pada 30 Juli 1998, Erdmann berhasil memperoleh seekor ikan sepanjang sekitar 1,5 meter dan seberat 45 kilogram yang ditangkap jaring nelayan di sekitar Pulau Manado Tua, Selawesi Utara. Ikan yang sempat hidup selama sekitar tiga jam berhasil didokumentasikan dan diamankan sebelum dikirim ke laboratorium LIPI dan sekarang disimpan di Gedung Zoologi, Pusat Penelitan Biologi LIPI Cibinong, Kabupaten Bogor.

Dua ekor Coelacanth lainnya berhasil terekam di kedalaman 145 meter dasar laut Sulawesi pada tahun 1999 selama ekspedisi yang dilakukan para peneliti dari Max Planc Institute menggunakan kapal Baruna Jaya VIII. Meskipun hanya rekaman video, temuan-temuan selanjutnya tetap menggemparkan dunia.

Tubuh Coelacanth bersisik tajam. Ikan berwarna gelap dan memiliki sirip empat seperti kaki ini tidak membiarkan telurnya menetas di luar tubuh seperti ikan lazimnya. Telur yang telah dibuahi akan ditelan dan anak-anaknya baru dikeluarkan setelah telur menetas.

Coelacanth Ikan purba yang masih hidup sampai sekarang
Penemuan ini menjadi menarik sebab spesies ikan ini tidak mengalami perubahan anatomi tubuh selama jutaan tahun. Fosil Coelacanth termuda berusia 70 juta tahun dan yang tertua 360 juta tahun. Ikan tersebut sebelumnya diduga telah punah sebelum ditemukan kembali di pantai timur Afrika pada 1939.

Pada penelitian berikutnya, ikan yang diberi nama Latimeria chalumnae Smith juga ditemukan di sekitar Kepulauan Komoro di Samudera Hindia, Mozambik, dan Madagaskar. Populasi Coelacanth juga ditemukan di Pantai Sodwana pada November 2000.

"Sedangkan Coelacanth yang ditemukan di Indonesia memiliki sifat genetika yang berbeda dengan Coelacanth yang ditemukan di Afrika. Selain itu, hasil analisis DNA menunjukkan bahwa ikan yang hidup di Indonesia lebih tua dari ikan di Afrika," kata salah satu peneliti, Dr. M. Kasim Moosa, Pakar Biologi Laut dari LIPI
Para peneliti yang menemukannya mengusulkan nama Latimeria manadoensis untuk membedakannya. Menurut Kasim, Coelacanth kemungkinan sebagai cikal bakal makhluk berkaki empat yang hidup di darat. Coelacanth memiliki hubungan evolusi yang erat dengan ikan pertama yang hidup di pantai sebelum hidup di darat sekitar 360 juta tahun lalu.

Kasim juga menerangkan bahwa asal mula ikan yang di Afrika mungkin berasal dari Indonesia dan ada kemungkinan ikan-ikan tersebut hidup selain di Sulawesi, misalnya Filipina atau wilayah lainnya


Fakta menyedihkan Coelacanth Sulawesi Utara sebelum WOC
Ikan purba coelacanth (Latimeria manadoensis) yang hidup di sekitar perairan Sulawesi diperkirakan diburu para nelayan untuk diperdagangkan. Ikan yang dilindungi tersebut, sebagian ada yang diserahkan ke Pemerintah Sulawesi Utara dengan meminta imbalan uang jutaan rupiah.
Kepala Dinas Perikanan Sulawesi Utara Xandramaya Lalu di Manado
mengatakan, beberapa nelayan yang menyerahkan ikan purba hasil tangkapan mereka meminta imbalan sampai Rp 10 juta per ekor.

Pengamat ikan purba, Anthony Malinsang, mengatakan, ikan purba hidup pada kedalaman laut 150 meter hingga 1.000 meter. Berdasarkan data penelitian dengan menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV), dalam 3 tahun terakhir, terekam sebanyak tujuh ekor ikan coelacanth di perairan Sulawesi.

Ikan purba itu menjadi maskot pelaksanaan World Ocean Conference (WOC) pada tanggal 11-15 Mei 2009 di Manado. Coelacanth yang ditemukan rata-rata berbobot sekitar 10 kilogram, tebal 20 sentimeter, panjang 98 cm, dan lebar bagian belakang 21 cm.

Coelacanth diperkirakan muncul di bumi pertama kali sekitar 360 juta tahun pada zaman Paleozoikum, atau tepatnya 100 juta tahun sebelum lahirnya dinosaurus.
Coelacanth pertama kali ditemukan di perairan East London, Afrika Selatan, pada tahun 1938. Berdasarkan penemuan ini, coelacanth kemudian disebut sebagai fosil hidup dan diberi nama ilmiah Latimeria chalumnae serta dinyatakan sebagai penemuan zoologi terbesar di abad ke-20.

Coelacanth juga ternyata ditemukan di sekitar perairan Sulawesi. ”Namun, perlindungan terhadap ikan purba ini sangat lemah. Mestinya ada peraturan daerah yang melarang penangkapan dan perdagangan ikan langka ini,” kata Anthony Malinsang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

RavenClaw Official Profile † | Indonesia Tourism Info